Bagaimana Proses Pembentukan Dasar Laut

693 0

Kapal penjelajah Challenger menemukan bahwa bagian terbesar dari dasar laut terletak sekitar 5 km atau 8 mil di bawah permukaan laut. Dasar laut yang dalam tersebut terbuat dari batuan muda yang umurnya tidak lebih dari 200 juta tahun. Pada masa lampau terdapat juga dasar laut yang terbuat dari batuan tua, namun kini telah hilang karena menyatu dengan bagian dalam Bumi pada lapisan lempeng perusak. Dasar laut baru terus-menerus terbentuk dari penyebaran dasar laut yang berlangsung pada pegunungan vulkanik bawah laut. Di sini, magma bergerak naik dari selimut Bumi dan kemudian mengisi celah yang terbentur ketika dasar laut tertarik dan terpisah antara satu sama lain. Lapisan atas dasar laut vulkanik adalah merupakan lahar basal. Di bawah lapisan tersebut adalah lapisan dengan struktur vertikal, dan di bawahnya lagi terdapat lapisan ketiga yang terdiri atas batuan gabro yang bertekstur kasar. Medan magnetis Bumi terus berubah arah dari waktu ke waktu, dan perubahan itu dapat terlihat pada batuan dasar laut baru saat lautan itu mengkristal.

HARRY HESS

Seorang ahli geologi Amerika Serikat, Harry Hess, selama berlangsungnya Perang Dunia Kedua bekerja pada sebuah kapal selam. Hess membuat peta topografi dasar laut dan menemukan bahwa panas yang mengalir ternyata jauh lebih besar daripada yang diperkirakan. Pada tahun 1960, Hess mengatakan bahwa dasar laut masih berumur muda karena batu magma pada selimut Bumi terus-menerus meningkat kemudian menghablur pada lereng bukit. Menurut pendapatnya, dasar laut bergerak menjauhi bukit dan kemudian hilang di dalam selimut pada parit laut yang mengelilingi Lautan Pasifik.

GUNUNG BERAPI DI DASAR LAUT  

Sebagian gunung berapi dasar laut memiliki lahan yang cukup untuk dapat membentuk kepulauan. Gunung berapi di bawah laut yang telah punah memiliki puncak datar yang disebut dengan guyot. Puncak gunung tersebut dahulu berada di permukaan laut di mana gelombang laut meratakannya. Dasar laut bergerak dari lereng bukit, kemudian mendingin dan sekaligus mengerut sambil membawa guyot ke arah laut yang lebih dalam.

ASAP HITAM 

Sumber mata air panas pada lereng bukit yang menyebar di dalam laut memancarkan air yang kemudian dipanaskan oleh magma yang terdapat di bawah mata air. Air tersebut adalah merupakan air laut yang meresap ke dalam dasar laut yang panas dan retak pada saat terjadinya pendinginan. Air semakin panas saat beredar melalui batuan magma dan memungkinkannya untuk melarutkan berbagai macam mineral yang berasal dari batuan yang telah dilaluinya. Pada saat mendidih dan keluar dari celah di lereng bukit, air tersebut melarutkan logam sulfida yang terlarut. Ketika zat tersebut bertemu dengan air laut yang dingin, maka terjadilah larutan yang berbentuk partikel-partikel hitam lalu kemudian berkembang menjadi asap, dengan struktur seperti cerobong asap yang mampu untuk menyokong kehidupan hewan-hewan tertentu.

KARANG ATOL

Karang atol adalah merupakan kepulauan berbentuk cincin yang terbentuk dari batu karang. Charles Darwin menunjukkan bahwa karang atol merupakan karang yang berada di sekitar pinggiran kepulauan vulkanik, yang tenggelam di bawah permukaan gelombang laut. Banyak di antara kepulauan yang tenggelam tersebut merupakan guyot, yakni pegunungan dengan puncak datar pada kedalaman laut. Harry Hess menyelidiki apa yang menyebabkan guyot tidak memiliki karang. Hess kemudian sadar bahwa pulau karang tersebut ternyata tenggelam pada kedalaman erosi gelombang saat bergeser dari lereng bukit yang tinggi serta panas, dan sebagian telah tenggelam terlalu cepat sehingga tidak mampu untuk bertahan.

MENAMBANG DASAR LAUT 

Dasar laut yang dalam tercemar oleh gumpalan-gumpalan bundar yang mengandung logam mangan. Gumpalan-gumpalan tersebut banyak ditemukan di daerah tempat sedimen mengumpulkannya secara perlahan. Gumpalan tumbuh sedikit demi sedikit dengan cara menambah lapisan logam lain di bagian luar dan kemudian bergabung seperti ini. Pengukuran umur cincin gumpalan dengan menggunakan alat radiometer, yang dapat menunjukkan bahwa gumpalan berkembang dengan sangat lambat. Asal gumpalan tersebut masih diperdebatkan oleh para ilmuwan, namun kandungan logamnya dapat memberikan petunjuk kemungkinan terdapat hubungan dengan logam sulfida asap hitam.

MEMETAKAN LAUT

Tidak lama setelah penemuan teknik gema untuk dapat mengetahui kedalaman laut, maka sebuah kapal dapat menggambarkan kedalaman laut yang dilaluinya. Teknik pengukuran kedalaman laut yang lebih canggih pada tahun 1950-an telah mampu untuk memetakan dasar laut dan menunjukkan perbedaan tupografi untuk pertama kalinya. Pengukuran ini telah mengungkapkan adanya gunung-gunung berapi, sungai-sungai, parit serta lereng bukit yang membentuk rantai pegunungan terpanjang pada Bumi sepanjang 65.000 km atau 40.400 mil.

BAGAIMANA DASAR LAUT TERBENTUK? 

Magma panas muncul ke permukaan melalui patahan atau lembah bercelah yang terdapat di lautan. Sebagian magma meluncur ke dasar laut dan menghablur menjadi lahar basal. Sebagian lagi mengeras pada lembah bercelah itu sendiri, membuat dinding vertikal yang sejajar dengan panjang lembah bercelah. Terdapat pula yang mengeras lebih lambat di bawahnya.

GARIS-GARIS MAGNETIS 

Lahar basal mengandung mineral-mineral yang mampu menyesuaikan diri dengan arah medan magnetis Bumi ketika mineral menghablur. Medan magnetis Bumi memutar arah magnetisnya dari waktu ke waktu dan lahar mempertahankan arah tersebut pada saat menghablur.  Dalam jangka yang panjang, seluruh rangkaian garis yang bermagnet mencatat peristiwa-peristiwa polarisasi kemagnetan normal serta berbalik membentuk dasar laut.

Brian Rendra

Sumber :

JENDELA IPTEK, BUMI, BALAI PUSTAKA JAKARTA, HAL 38-39

Related Post

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Contact Us