Planet Neptunus ditemukan sebagai hasil dari penghitungan dan bukan dari pengamatan. Sampai dengan awal abad ke-19 para astronom menyadari bahwa Uranus memiliki orbit yang agak tidak teratur karena sesuatu telah menariknya ke luar garis. Hal ini dikenal dengan istilah perturbasi atau usikan, gaya tarik gravitasi satu benda yang mengalihkan gaya tarik benda lain dari jalur yang seharusnya. Pada tahun 1845 seorang astronom berkebangsaan Inggris, John Couch Adams menyatakan bahwa ia telah menghitung posisi planet lain di atas Uranus yang memiliki letak berlawanan dengan bintang Aquarius. Temuannya tersebut tidak ditanggapi. Pada bulan Juni 1846 seorang astronom muda yang berasal dari Prancis, Le Verrier, menerbitkan temuannya mengenai planet yang terdapat di luar Uranus. Para astronom di seluruh dunia diminta untuk mencari planet baru tersebut. Pada tanggal 25 September 1846 Johann Galle yang merupakan seorang astronom dari Observatorium Berlin menulis pada Le Verrier untuk memastikan mengenai lokasi Neptunus.
Urbain Le Verrier
Urbain Le Verrier adalah seorang guru kimia serta astronomi di Ecole Polytechnique. Setelah menghitung posisi dari Neptunus, Le Verrier mengandalkan orang lain untuk dapat melakukan pengamatan planet untuknya.
Cincin-Cincin Neptunus
Planet Neptunus, seperti halnya raksasa gas, dengan memiliki sederet cincin yang mengelilinginya. Cincin tersebut ditemukan pada saat planet melintas di depan bintang. Hasil dari okulasi pada bulan Juli 1984, memperlihatkan kelap-kelip yang menunjukkan bahwa cincin Neptunus tersebut menutupi cahaya bintang yang terletak jauh. Tampaknya terdapat dua cincin utama, dengan dua cincin redup pada bagian dalam. Lebar cincin pada bagian dalam kurang dari 15 km. Cincin dikonfirmasi oleh pesawat antariksa Voyager 2 pada tahun 1989.
Bintik Hitam Besar Neptunus
Seperti halnya Jupiter, Neptunus memiliki sistem badai besar yang dinamakan dengan Bintik Hitam Besar, yang terletak pada bagian selatan. Badai sebenarnya adalah merupakan sebuah lubang pada lapisan awan bagian atas Neptunus. Ukurannya hampir sebesar Bumi serta dikelilingi oleh angin kencang. Awan yang berukuran lebih kecil di tepi lubang dalam sekuen ini, yang diambil selama empat hari dan menunjukkan bahwa badai berputar dengan melawan arah jarum jam serta mengingatkan kita pada Bintik Merah Besar di Jupiter.
Penemuan Triton
Bulan Triton ditemukan pada tahun 1846 yang mampu menarik para ilmuwan karena beberapa alasan. Triton memiliki orbit retrograde pada sekeliling Neptunus, yakni bulan bergerak dengan arah berlawanan di mana planet berputar. Bulan ini adalah benda terdingin pada Sistem Tata Surya, dengan suhu mencapai -235°C. Kendati suhunya rendah, Triton adalah dunia yang menarik karena permukaannya yang berwarna merah muda dan kemungkinan terdiri atas es metana, yang seringkali dapat mencair serta membeku kembali. Terdapat pula gunung berapi aktif yang memuntahkan gas nitrogen maupun es metana gelap ke lapisan atmosfer tipis.
Neptunus Dilihat Dari Dekat
Pada tahun 1989, Voyager 2 berhasil mengambil foto setelah 12 tahun beredar dalam Sistem Tata Surya. Letaknya 6 juta km dari posisi Matahari. Voyager terus membuat foto bulan terbesar yakni Triton, serta menemukan enam bulan yang mengelilingi planet. Neptunus memiliki atmosfer indah yang berwarna biru laut, terdiri atas hidrogen dan juga sedikit helium serta metana. Ini meliputi lautan yang besar dengan materi air hangat dan gas, cocok bagi planet yang mendapat nama dewa laut. Voyager 2 menemukan beberapa sistem badai atas pada Neptunus dan awan putih yang sangat indah dan tinggi pada lapisan atmosfer.
Fakta Mengenai Neptunus
- Periode sidereal yakni 164,79 tahun Bumi
- Suhu di puncak awan mencapai -210°C
- Periode rotasi yakni 16 jam 7 menit
- Jarak rata-rata dari Matahari mencapai 4.450 juta km
- Volume (Bumi = 1) 57
- Massa (Bumi = 1) 17,14
- Kerapatan (air = 1) 1,64
- Diameter ekuatorial yakni 49.530 km
- Jumlah satelit yakni 8
Brian Rendra
Sumber :
JENDELA IPTEK, ASTRONOMI, BALAI PUSTAKA, HAL 56-57