Mineral-mineral yang terdapat di dalam batuan pada dasarnya bersifat stabil pada suhu yang tinggi serta tertanam di dalam kerak, namun secara kimia tidak stabil pada atmosfer Bumi yang kaya dengan oksigen. Batuan bereaksi secara kimia dengan atmosfer Bumi yang lembab dalam proses yang disebut dengan pelapukan yang terjadi tepat pada di atas permukaan Bumi. Proses tersebut turut memberikan sumbangan pada terjadinya pembentukan daratan. Sebagian proses dalam proses pelapukan benar-benar bersifat kimiawi, misalnya hujan asam pada batu kapur. Suhu juga berperan sangat penting dalam proses pelapukan. Pada siang hari batuan dimagmakan oleh Matahari, dan kemudian pada malam hari suhu akan turun. Perubahan suhu tersebut menyebabkan batu tertekan dan kemudian pecah. Keadaan akan semakin lebih parah apabila air membeku dalam pecahan. Tumbuhan, hewan, lumut dan jamur turut dalam membantu proses pelapukan. Namun, tidak satu pun efek pelapukan tersebut terjadi dengan sendirinya. Kebanyakan alam terbentuk karena hasil dari gabungan beberapa proses pelapukan. Mineral-mineral batuan terpisah dan kemudian berubah dalam pelapukan, unsur-unsur pelapukan berpindah dan tersimpan pada tempat lain.
BUKIT TERPENCIL
Bukit terpencil yang merupakan peninggalan pegunungan tua dengan permukaan lebih tinggi, terletak di atas daratan yang lebih muda dengan bentuk permukaan yang lebih datar. Gunung yang terpencil tersebut dikenal dengan gunung kering. Warna merah Uluru atau Batu Ayer di bagian tengah Australia disebabkan karena oksida besi, sedangkan bagian yang tidak terlarut akan tertinggal setelah silikat dihancurkan oleh cuaca di Australia.
PERUBAHAN SUHU UDARA
Batuan yang terdapat di canyon Utah di Amerika Serikat melapuk akibat pengaruh suhu udara, angin dan air. Perubahan suhu udara mengakibatkan keretakan saat batuan mengembang dan mengempis. Apabila pada suatu daerah suhunya menjadi sangat dingin dan kemudian diikuti hujan, maka air hujan yang meresap ke dalam celah dan di antara batuan akan memuai pada saat membeku dan kemudian memecahkan batu tersebut.
PENGARUH DARI TUMBUHAN
Akar tumbuhan masuk ke dalam tanah melalui retakan-retakan pada batuan dan mengambil unsur-unsur yang terdapat di dalamnya untuk digunakan dalam proses metabolisme. Siring dengan membesar serta menebalnya akar tumbuhan, retakan batuan juga ikut melebar dan saling terpisah. Pepohonan membantu terjadinya proses pelapukan. Demikian juga dengan lumut yang memiliki akar jamur, yang dapat masuk ke dalam batu yang sangat keras sekalipun.
PENGARUH DARI BINATANG
Binatang seperti musang, kelinci dan makhluk yang lebih kecil seperti kumbang atau tupai, membuat lubang pada daerah batuan yang lapuk karena batu padat tersebut bereaksi dengan kelembaban udara. Hal tersebut mempercepat tingkat pelapukan karena dapat menambah daerah permukaan batuan. Batuan tersebut disebut dengan saprolit.
PELAPUKAN KULIT BAWANG
Pelapukan mulai terjadi pada permukaan batuan paling luar yang bersentuhan langsung dengan atmosfer. Proses pelapukan meresap paling sedikit 1 cm atau 0,5 inci ke dalam batuan meskipun kemudian erosi memindahkan batu yang telah menjadi lapuk tersebut. Pada beberapa jenis batuan, lapisan kulitnya terlihat terkelupas dari inti padat yang terdapat di dalamnya. Jenis pelapukan tersebut disebut dengan pelapukan kulit bawang atau pengelupasan kulit.
KARANG GRANIT
Pada akhirnya granit dingin akan muncul ke permukaan ketika pegunungan terkikis. Batu grarnit retak saat muatan batu di atasnya semakin berkurang. Pada berbagai tempat, retakan tersebut dapat terpisah jauh dan kemudian disebut dengan sendi. Di tempat lain, retakannya akan saling berdekatan. Pelapukan granit sering terjadi pada daerah yang sendinya saling berdekatan, meninggalkan bijih batu granit bundar yang tidak ikut lapuk beberapa meter jauhnya, bahkan puluhan meter. Batuan yang lebih keras terletak tinggi sebagai dataran tinggi batuan yang dikenal dengan karang granit.
KEAJAIBAN BATU KAPUR
Batu kapur mengalami proses pelapukan karena karbondioksida yang terdapat di dalam air hujan sehingga secara perlahan-lahan batu akan terkikis habis. Pada saat air yang mengandung kapur menetes dari langit-langit gua, maka terbentuklah stalaktit. Apabila tanah pada bagian atas gua berupa tanah liat yang mengandung besi, maka stalaktit akan memiliki warna merah.
DANAU BATU KAPUR
Stalaktit yang terdapat pada gua semenanjung Phra Nang, Thailand, menjadi terbuka dan terkena sinar Matahari pada saat gua tersebut runtuh. Apabila batu kapur yang larut dalam air tumbuh di dalam dasar gua, maka batu tersebut disebut dengan stalakmit.
Brian Rendra
Sumber :
JENDELA IPTEK, BUMI, BALAI PUSTAKA, HAL 50-51