Pluto memiliki letak posisi yang sangat jauh dari posisi Bumi. Dulunya Pluto dinobatkan sebagai planet yang termasuk dalam Sistem Tata Surya. Namun, karena ukurannya yang sangat kecil dan letaknya yang sangat jauh, maka Pluto sudah tidak dianggap sebagai planet yang mengorbit di dalam Sistem Tata Surya. Pada tahun 2006, International Astronomical Union (IAU) telah menurunkan Pluto dari planet menjadi Planet katai atau kerdil.
MENEMUKAN PLUTO
Pada tahun 1930, seorang astronom yang berasal dari Amerika Serikat yakni Clyde Tombaugh, menemukan planet yang memiliki letak posisi di atas Neptunus. Lalu kemudian, planet tersebut pindah secara perlahan pada latar bintang, menunjukkan kejauhannya. Seorang pelajar dari Oxford yang bernama Venetia Burney, memberikan nama Pluto untuk dunia yang kecil serta tak terlihat, yakni dari dewa dunia bawah. Para astronom kini mengetahui bahwa Pluto terlalu kecil untuk dapat mempengaruhi orbit Neptunus. Kalkulasi yang membuat para astronom mencari Pluto pada dasarnya adalah salah dan penemuan planet tersebut karena kerja keras dan tekun dari Tombaugh.
PLUTO DAN CHARON
Jarak antara Pluto dengan bulannya, Charon, hanyalah 19.700 km. Charon ditemukan pada tahun 1978 dengan mempelajari citra Pluto yang terlihat memanjang. Charon adalah merupakan satelit yang terbesar di antara kelima satelit yang mengitari Pluto.
MENGUBAH SUDUT PANDANG
Pada tahun 2015, Pesawat antariksa NASA, New Horizons, telah mengungkap fakta-fakta baru mengenai Pluto. Banyak argumen ilmuwan yang terpatahkan oleh karena data yang berhasil dikumpulkan New Horizons tersebut. Pesawat antariksa tersebut diluncurkan pada Januari 2006 dan mencapai Pluto pada Juli 2015, dengan jarak terbang mil dari permukaan Pluto.. Berdasarkan foto yang diambil oleh New Horizons, Pluto memiliki yang berjarak 4 miliar mil dari Bumi tersebut memiliki “karakteristik mirip bumi”. Selain itu, Pluto adalah planet yang aktif, berbeda dengan keyakinan ilmuwan selama ini yang beranggapan planet tersebut tenang dan beku. Misi tersebut benar-benar telah mengubah sudut pandang para ilmuwan dalam memahami Pluto.
LEBIH KECIL DARI BULAN
Pluto memiliki ukuran yang lebih kecil daripada Bulan dengan lebar hanya 1.400 mil atau setengah lebar dari negara Amerika Serikat.
SUHU DI PLUTO
Pluto memiliki suhu terhangat -223°C serta suhu terdingin -233°C. Apabila berdiri di sana, langit pada Pluto akan terlihat biru dengan salju yang merah dan juga gunung yang menjulang tinggi.
TOMBAUGH REGIO
New Horizons menemukan mekanisme yang aneh pada gletser dengan berbentuk hati di Pluto. Hal ini memberikan suatu penjelasan mengenai kemiringan planet tersebut dan juga berfungsi sebagai penggerak angin di sana. Gletser berbentuk hati tersebut dikenal sebagai Tombaugh Regio.
SPUTNIK PLANITIA
Kandungan es nitrogen pada Pluto dapat ditemukan di Tombaugh Regio dengan terkonsentrasi pada suatu cekungan yang dalam. Cekungan tersebut dinamakan Sputnik Planitia karena memiliki ketinggian 1,9 mil lebih rendah daripada permukaan. Lapisan es membentang sejauh 620 mil. Pada cekungan membentuk “lobus kiri” jantung, sedangkan pada sisi kanan adalah rumah bagi gletser nitrogen serta dataran tinggi.
DETAK JANTUNG PLUTO
Pada siang hari, nitrogen yang beku akan menghangat dan mengalami perubahan menjadi uap. Pada malam hari, terjadi kondensasi yang menyebabkan nitrogen berubah menjadi es lagi. Para peneliti menyebut hal ini adalah ‘detak jantung’ Pluto, yang mengontrol sirkulasi atmosfer angin nitrogen pada sekitar planet tersebut.
SKENARIO PEMBENTUKAN LAUTAN CAIR
Ditemukannya skenario pembentukan lautan cair sedalam 249 mil pada bagian bawah lapisan es Pluto, telah membuat Ilmuwan meyakini bahwa lautan tersebut terbentuk pada saat unsur-unsur radioaktif meleleh dekat inti batuan planet ini dan pada akhirnya membentuk samudera. Sebaliknya, New Horizons telah menemukan bahwa lautan cair terlebih dahulu ada lalu kemudian perlahan membeku pada bagian permukaannya.
BUKIT PASIR
Pluto memiliki bukit pasir, akan tetapi ini tidak seperti bukit pasir yang terdapat di Bumi. Bukit pasir Pluto terbuat dari butiran es metana yang padat serta diukir oleh angin. Bukit pasir itu juga tidak terganggu oleh lapisan es Pluto, yang menunjukkan bahwa pasir tersebut terbentuk dalam kurun waktu 500.000 tahun terakhir atau bahkan lebih baru.
Brian Rendra
Sumber :
JENDELA IPTEK, ASTRONOMI, BALAI PUSTAKA, HAL 57