Perubahan fisik dan psikis yang dialami anak remaja seringkali membuat mereka menjadi kewalahan. Mereka tidak menyadari dengan apa yang sedang terjadi. Selain itu, minimnya bimbingan akan menjadikan anak remaja seringkali bertindak aneh atau tidak wajar. Oleh sebab itu, disinilah perlunya peran orangtua untuk membimbing anak remajanya dalam mencapai kedewasaan berpikir serta bertindak. Terutama karena anak remaja sangat rentan terhadap perilaku berisiko seperti membolos, merokok, penggunaan obat-obatan terlarang, tawuran, seks pranikah dan sebagainya.
PERILAKU BERISIKO DARI PERTEMANAN
Salah satu yang perlu untuk diwaspadai orangtua adalah bentuk pertemanan pada anak remajanya. Hal tersebut karena perilaku berisiko identik dengan remaja dan pertemanan. Dengan kondisi anak remaja yang masih labil dalam berpikir, penuh gejolak serta proses pencarian jati diri, menyebabkan anak remaja seringkali mengambil keputusan yang tidak tepat dan berperilaku aneh. Bagi anak remaja tekanan dari pertemanan dapat meningkatkan potensi untuk melakukan tindakan berisiko. Dengan tindakan berisiko tersebut dianggap sebagai pembuktian diri anak remaja terhadap kehidupannya.
TUGAS ORANGTUA TERHADAP PERILAKU BERISIKO ANAK REMAJA
Apabila anak remaja berpotensi untuk melakukan tindakan yang berisiko, maka orangtua dapat mengarahkannya kepada kegiatan lainnya yang digemarinya seperti misalnya olahraga. Melalui proses tahapan latihan yang diawasi oleh orangtua, anak remaja dapat mencapai taraf kemampuan tertentu dan bahkan dapat menunjukkan prestasinya yang dapat menjadi nilai tambah dalam rangka pengembangan konsep dirinya. Selain itu, tugas orang tualah untuk dapat memberikan arahan agar kegiatan yang dilakukan anak remajanya bersifat positif dan bermanfaat. Orangtua juga perlu untuk memastikan keamanan anak remaja pada saat melakukan kegiatan yang menurutnya dianggap seru, menantang dan terlihat keren.
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN ORANGTUA PADA SAAT BICARA PADA ANAK REMAJA
- Menerima semua bentuk perasaan yang muncul pada anak remaja. Ingat, bahwasanya selalu ada kemungkinan anak remaja menjadi korban
- Orangtua, disini Ayah dan Ibu untuk membicarakan mengenai temuan yang berisiko pada anak remajanya. Hindari sikap marah atau menghukum anak remaja, karena hal tersebut dapat membuat anak remaja semakin menjauh dan menyulitkan orang tua untuk membantu anak remajanya terlepas dari permasalahan yang sedang dihadapinya
- Melakukan perencanaan berupa strategi pendekatan sebelum untuk memulai pembicaraan dengan anak remaja. Perlu kerjasama dan komunikasi yang baik antara Ayah dan Ibu, tidak dapat hanya salah satunya. Strateginya dapat berupa hadir dalam kehidupan anak remajanya.
- Menyampaikan pesan kekhawatiran, misalnya “Kalau kamu keterusan merokok, itu akan merugikan untuk kesehatan kamu, kamu akan mudah lelah dan rentan terhadap penyakit”
- Orangtua dapat menanyakan kepada anak remajanya mengenai apa yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk membantu anak remaja mengatasi masalahnya
- Mempercayai apa yang telah dijelaskan oleh anak remaja
- Menghindari sikap untuk menghakimi anak remaja dengan asumsi-asumsi
- Membantu anak remaja dengan cara memberikan solusi, misalnya pada saat anak remaja sedang bersosialisasi dengan teman-temannya yang merokok, anak remaja dapat makan permen mint untuk menghindari keinginan untuk merokok.
- Menyampaikan risiko yang ditimbulkan dari suatu tindakan, misalnya tawuran yang akan beresiko kehilangan nyawa dan dapat berurusan dengan pihak berwajib.
Brian Rendra
Sumber :
1001 CARA BICARA ORANGTUA DENGAN REMAJA, JOHNS HOPKINS, SKATA, HAL 90-91 & 105