8 Fakta Unik Mengenai Astronomi Purba

997 0

Dengan cara mengamati gerakan berputar pada Matahari, Bulan dan Bintang, pengamat purba menyadari bahwa gerakan-gerakan yang terus berulang tersebut dapat digunakan dengan menjadikan langit sebagai penunjuk waktu seperti berjalannya waktu siang atau malam, dan untuk menentukan kalender dalam menandai pergantian musim. Monumen kuno seperti Stonehenge yang terdapat di Inggris dan piramida suku Maya di Amerika Tengah adalah merupakan bukti bahwa terdapat komponen dasar dari astronomi berdasarkan pengamatan yang telah dikenal sejak paling tidak 6.000 tahun lalu. 

MELIHAT LANGIT

Para penyair kuno mengatakan bahwa apabila hendak ke laut maka tunggulah saat ketika gugus bintang Pleiades terbit bersama dengan Matahari pada awal bulan Mei. Seperti diketahui pengetahuan astronomi sangat dibutuhkan oleh para Pelaut di masa lampau. Dengan melihat langit seperti penggambaran bintang-bintang Orion, Scorpio dan sebagainya, para Pelaut dapat menentukan kapan waktu terbaik untuk berlayar.

FASE-FASE BULAN

Penampakan Bulan yang terus selalu berubah sangat berpengaruh kepada kehidupan manusia. Bulan Baru dianggap sebagai waktu yang tepat dalam memulai sebuah usaha dan Bulan Purnama seringkali ditakuti sebagai waktu ketika para setan berkeliaran. Kata “lunatic” dalam Bahasa Inggris berarti gila, sedangkan kata tersebut berasal dari bahasa Latin yaitu Luna, yang memiliki arti Bulan, karena diyakini bahwa sinar Bulan Purnama tersebut dapat menyebabkan ketidakwarasansn seseorang.

OBSERVATORIUM TERTUA

Observatorium tertua yang masih ada saat ini adalah Observatorium Chomsung Dae yang terdapat di Kyongju, Korea. Dengan konstruksi sarang lebah yang dibangun secara sederhana dan bukaan di tengah atap, bangunan ini lebih mirip dengan sejumlah konstruksi bangunan prasejarah yang masih dapat dijumpai di seluruh dunia. Cheomseongdae digunakan pada masa lampau untuk mengamati pergerakan matahari dan rasi bintang. Bukti catatan-catatan kuno yang didapatkan dari Cina juga menguatkan hal tersebut.

MENAMAKAN PLANET

Penyebaran pengetahuan masa lalu cenderung mengikuti dua jalur yakni perdagangan dan peperangan. Ketika kekaisaran-kekaisaran besar hendak memperluas wilayah kekuasaannya, mereka membawa serta dewa, ajaran dan adat mereka. Pada peradaban purba percaya bahwa bintang serta planet dikuasai oleh para dewa. Orang-orang Babylonia misalnya menamakan setiap planet dengan mengambil dari nama dewa mereka, yang sesuai dengan sifat-sifatnya. Lain lagi dengan orang-orang Yunani dan Romawi yang mengambil cara Babylonia dan menggantikan nama-nama planet sebelumnya dengan nama yang diambil dari nama-nama dewa mereka. Sebagai contoh Nergal (Babylonia) menjadi Mars (Romawi) dan Marduk (Babylonia) menjadi Yupiter (Romawi). 

MENCATAT GERAKAN MATAHARI

Meskipun susunan batu yang terdapat pada Stonehenge masih menjadi sebuah perdebatan, namun dapat disimpulkan dari penataannya batu-batu tersebut didirikan oleh manusia pada jaman prasejarah terutama diperlukan dalam rangka mencatat peristiwa angkasa tertentu, misalnya titik balik matahari pada saat musim panas dan musim dingin serta untuk mengetahui waktu siang dan malam yang sama panjangnya pada musim semi dan musim gugur. Meski Stonehenge merupakan monumen megalitik yang paling dikenal, namun jumlah yang begitu banyak dari situs serupa yang terdapat di seluruh dunia telah menekankan betapa besar perhatian manusia purba terhadap pencatatan gerakan dari Matahari dan Bulan.

CATATAN BABYLONIA

Catatan astronomi pertama yang ditemukan adalah berupa tablet yang terbentuk dari tanah liat berasal dari Mesopotamia kuno serta peradaban besar yang berkembang di daerah lembah Euphrates dan Sungai Tigris selama lebih dari 2.000 tahun. Penghitungan astronomi yang dikenal sekarang ini bersumber dari abad ke-4 sebelum masehi, tetapi penghitungan di dalamnya berdasarkan pengalaman astronomi yang telah dilakukan selama beberapa generasi sebelumnya.

ASTROLAB

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh astronom kuno adalah bagaimana cara  menyederhanakan penghitungan rumit yang diperlukan untuk dapat meramalkan posisi planet dan bintang. Salah satu alat yang digunakan adalah astrolab dengan berbagai pelat yang telah diukir, yang menggambarkan bentuk bola langit dalam dua dimensi. Alidade dengan lubang penglihatan digunakan untuk dapat mengukur tinggi dari Matahari atau Bintang. Dengan memasang alidade pada skala kalender di luar alat maka dapat dibuat sejumlah penghitungan.

MERENCANAKAN PANEN

Hampir sebagian besar semua budaya kuno, astronomi memiliki peran penting sebagai tanda perubahan musim. Orang-orang Mesir mengetahui bahwa apabila Bintang Sirius muncul terlihat bersama dengan Matahari, artinya tidak lama lagi dari waktu tersebut akan terjadi banjir tahunan dari Sungai Nil. Selain itu jadwal untuk menanam dan panen semuanya ditentukan berdasarkan penghitungan dari penglihatan terhadap Matahari, Bulan dan Bintang.

Brian Rendra

Sumber :

Jendela Iptek ASTRONOMI, BALAI PUSTAKA JAKARTA, hal 8-9

Related Post

Apa Itu Ganggang ?

Posted by - 28 September, 2021 0
Pernahkah kamu melihat air danau atau kolam yang berwarna hijau? Lalu darimana warna hijau tersebut berasal? Apabila kamu melihatnya dengan…

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Contact Us